Lathanotus Borneensis, nama ilmiah reptil ini. Sesuai namanya yang
menunjukkan dimana ia tinggal. Hewan ini tidak diketahui eksistensinya
secara luas hingga dua tahun terakhir berkat foto-foto yang tersebar di
internet. Masyarakat lokal menyebutnya Biawak Tak Bertelinga. Reptil ini
sebenarnya telah diketahui sejak pertama kali ditemukan tahun 1878.
Para ilmuwan punya sebutan lain bagi hewan ini, yaitu Living Fossil.
Dinamakan seperti itu karena menurut para ilmuwan hewan-hewan
"seusianya" sudah punah.
Biawak memangsa aneka serangga, ketam atau yuyu, berbagai jenis di
antaranya ikan, kadal, kodok, burung, serta mamalia kecil seperti tikus
dan cerurut. Sedangkan dalam pemberian pakan untuk Biawak sebagai hewan
peliharaan, Biawak lovers sangat merekomendasikan dalam pemberian jenis
pakan untuk disesuaikan dengan usia Biawak tersebut. Untuk biawak yang
belum mencapai tahun pertama, mereka lebih di sarankan diberikan pakan
berbasis serangga. Biawak bayi adalah kadal kecil dengan sistem
pencernaan yang kecil dan membutuhkan serat pangan dalam jumlah banyak
untuk menjaga pencernaanya, biawak ukuran bayi didesain untuk makan
serangga dan serangga. Pemberian daging atau rodent masih boleh dengan
ukuran tertentu, idealnya pemberian bayi biawak 4 kali seminggu dengan
serangga dan 1 kali seminggu dengan daging dan rodent.
Harus juga diperhatikan suhu kandang tetap hangat bila bayi biawak
diberikan makan daging dan rodent agar mereka bisa mencerna daging
tersebut dengan baik karena pencernaan yang mereka miliki masih kecil,
berikan rodent yang sudah tumbuh bulu atau "jumper" jangan pinkis yang
masih merah karena banyak mengandung lemak, sedikit nutrisi dan sedikit
atau bahkan tanpa kalsium. Biawak setelah tahun pertama baru boleh
dialihkan berdasarkan makanan berbasis daging, namun sekali lagi hindari
pinkis dan berikan yang sudah memilimi bulu karena sudah mengandung
banyak kalsium.